Mimpi yang Menggerakkan!
Ng…, menyoal mimpi dan cita-cita, aku memang termasuk orang yang punya banyak mimpi dalam hidupku (cie ileeee…gayaaa cuy!). Setiap aku punya targetan dan peta hidup 5 tahun. Ehehe, kayak pelitanya pak harto ajah niiy.
(5 tahun yang lalu ketika umurku 18 tahun, aku menuliskan peta hidupku, bahwa aku punya target menikah di umur 23 tahun. Ihihi… Tapiii, sepertinya petaku sedikit berubah niih. Harus ada perpanjangan peta hingga 5 tahun. Hehe…)
Menyoal mimpi!
Bagiku, mimpi adalah sesuatu yang menggerakkan. Terserah mau mimpi seperti apa. Mau memenuhi ruang imaji sejauh apa. Selagi punya mimpi itu gak dikenakan pajak, yaah, sok, mari bermimpi setinggi-tingginya. Dari dahulu, aku selalu ingin punya mimpi yang cukup tinggi. Macam-macam saja mimpinya. Dan, tentu saja ada yang tercapai dan ada yang tidak. Tapi, kemudian, dengan tekad 1000 keberhasilan, aku berusaha untuk mencapai mimpi demi mimpi itu. Mimpi yang menggerakkan.
Dalam hal apapun, aku sebenanrnya kurang sepakat dengan kata-kata, “aih, ikuti saja hidup ini, seperti air mengalir.” Ah, terlalu pasrah! Bukankah dengan energy, air dapat mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi? Nah, kenapa harus selalu seperti air mengalir? Dan aku sangat yakin, bahwa salah satu energy penggerak itu adalah mimpi! Punya mimpi dan punya cita-cita!
Aku…orang yang cukup fluktuatif dalam hidupku. Begitu gampang down dan begitu gampang up (bersemangat!). Dan, aku juga termasuk orang yang kurang disiplin dalam menjalankan visi dan misi. Terlalu gampang mentolerir diri. Maka, dalam pertemanan, yang kubutuhkan itu adalah orang yang bisa menyangga semangatku, yang bisa menjadi buffer ke-fluktuatif-an sekaligus mendisiplinkan.
Mari sedikit bercerita soal mimpi. Ng…gambar di atas itu adalah sedikit mencoba menerjemahkan mimpiku di kemudian hari.
Aku ingin menciptakan sebuah kompleks di mana aku bisa mencurahkan segenap kreatifitas dan berbagai ide-ide (liar)-ku. Sebuah bangunan mimpi, sebut saja begitu.
Suatu saat, aku ingin memiliki sebuah kompleks yang memuat : kafetaria islami, publishing house, photostudio, dan apotek dengan sebuah mesjid sebagai core of activity-nya yang dibagun di atas sebuah lahan yang di bawahnya terdapat kolam ikan. Semua hal di atas bukan berarti tak punya dasar kenapa aku ingin mewujudkannya.
Pertama, kafetaria islami. Aku sebenarnya lebih ingin konsentrasi ke makanan yang serba-ikan. Nah, karena di sekeliling rumahku sekarang ini ada kolam ikan, aku pun ingin bikin semacam itu. Profit yang dihasilkan, cukup menjanjikan. Dan, kenapa perlu ada kafetaria? Ada unsur da’wah juga di sana, di tengah imej masyarakat yang cukup buruk dan miring soal kafetaria, maka saatnya untuk membuatnya lebih baik. Kita bisa pisahkan ruang laki-laki dan perempuan. Kita bisa bagikan lembaran taujih di kasir dan memutar nasyid2 yang memberikan nasihat. (nasyid yang bukan hanya sebagai konsumsi telinga, tapi juga konsumsi hati). Selain itu, kafetaria, juga memicu smangat untuk menciptakan resep baru. Hee…beruntung sekali sempat hidup di wisma yang secara bebas menuangkan ide2 modifikasi masakkan. Bagi yang suka “menghancurkan” masakkan dengan resep2 baru, di sini niiih penyalurannya. Kita bisa bikin menu aapaaaa ajah yang kita mau. Ada hal yang berbeda yang orang lain tak punya.
Kedua, kenapa publishing house. Ini sebenarnya lebih kepada penyaluran kreatifitas di bidang desain dan menulis (halaaah, mungkin aku masiy amatir. Tapi, tak salah kan, punya mimpi??). Banyak karya2 yang berkualitas yang ditulis oleh ikhwan2 akhwat tapi tak sempat terpublikasi. Terlebih, media informasi hampir2 semuanya dikuasai oleh “mereka yang di ujung lorong sana”, para secular, dan sejenisnya. Maka, saatnya pula bagi kita untuk mencipta propaganda positif di tengah arus itu.
Lalu, photo studio. Sebenarnya ini lebih kepada hobby saja. Ng..penyaluran apa yang belum tersalurkan. Cieee… Bagiku, ada nilai refreshing tersendiri kalo sudah berhadapan dengan duni yang satu ini.
Apotek. Ng…, sebagai seorang pharmacist, aku tentu perlu menerapkan ilmu (yang sedikit ini) yang kuperoleh dari studiku. Setidaknya, aku pengin mengaplikasikan ilmuku terutama GPP nya di tengah2 masyarakat dah! Aku ingin, apotek yang tak hanya berorientasi bisnis, tapi lebih kepada tanggungjawab moril. Harus ada PIO yang memenuhi standar! Itu tekadku! Jadi, yaah…gak sekedar tekan-kabur doang! Itu kan namanya merendahkan profesi sendiri!Lalu, yang paling core nya itu adalah mesjid dengan segala aktifitas yang terkait di dalamnya. Sholat 5 waktu yang selalu berjama’ah bagi seluruh komponen yang terlibat dalam usaha ini, lalu juga sebuah Pusat Pendidikan Al Qur’an. Menjadikan Al Qur’an itu jadi bacaan pavorit dan yang paling utama, sekaligus pengamalannya. Nah, fokusnya lebih kepada anak-anak dan remaja! Lembaga tahfidz gratis. Karena, untuk perbaikan itu, mestilah lingkungan juga turut diperbaiki. Ibarat membiakkan bakteri di suatu media. Media di sekelilingnya mestilah media yang mendukung pembiakkan sang bakteri agar di masa inkubasinya, tumbuhnya lebih sempurna. Jika diibaratkan bakteri itu adalah anak-anak dan remaja, sedangkan usianya adalah masa inkubasi,dan medium pembiakkan adalah lingkungannya, maka, yang perlu dibenahi itu adalah medianya=lingkungannya. Untuk itulah, ini sebagai core of activitynya.Ng…, mungkin itu semua, masih mimpi. Bahkan, belum terlihat ada jalan menuju itu. Tapiiii, aku yakin, mimpi itu adalah sebuah energy yang menggerakkan!Maka, beranilah bermimpi, setinggi mungkin!
Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (Qs. Ar' Ra'd :28) sungguh di setiap kesulitan itu diiringi kemudahan (Qs. An-Nashr)
0 komentar:
Posting Komentar